News
Loading...

Tennis Elbow


Tennis elbow adalah salah satu injuri yang paling umum terjadi di 
lengan,  keadaan ini merupakan permasalahan sehari-hari yaitu suatu kondisi 
dimana terdapat nyeri pada bagian luar dari sendi siku yang terjadi karena 
pembentukan jaringan abnormal pada otot-otot ekstensor pergelangan tangan 
yang akibat adanya kontraksi yang berlebihan (overuse) atau pembebanan 
yang terlalu berat dan permukaan radiohumeral yang tidak rata. Keadaan ini 
merupakan suatu kondisi yang sulit untuk disembuhkan, merupakan injuri 
berulang, dan hanya untuk beberapa minggu atau bulan. Ini merupakan 
degeneratif atau respon yang menandakan kegagalan penyembuhan tendon 
dari peningkatan produksi fibroblast, vascular hiperplasia, dan collagen yang 
tidak teratur pada origo dari ekstensor karpi radialis brevis yaitu struktur yang 
paling umum terpengaruh.  

Nyeri pada tennis elbow timbul karena adanya injuri pada tenno 
periosteal yang menimbulkan inflamasi akibat trauma atau pekerjaan atau 
aktivitas atau kegiatan yang melibatkan tangan dan pergelangan tangan secara 
berlebihan. Umumnya pekerjaan atau olahraga yang menyebabkan injuri pada 
ekstensor karpi radialis brevis, pada umumnya disebabkan oleh pekerjaan 
yang cepat, kontraksi yang berlebihan dan berulang-ulang, dan aktifitas 
menggenggam dari pergelangan tangan. Biasanya yang paling dominan 
dipengaruhi adalah lengan walaupun dikenal dengan sebutan tennis elbow 
kasus ini memiliki prevalensi 1-3 % pada populasi umum, tetapi meningkat 
menjadi 19 % pada usia 30-60 tahun dan lebih banyak dan lebih berat pada 
wanita. Kondisi ini mempunyai gambaran klinis, keluhan yang utama adalah 

 lengan menjadi sakit dan penurunan kekuatan genggaman yang akan sangat 
berdampak buruk bagi kegiatan sehari-hari.  
Tennis elbow ini terdiri dari 4 tipe yaitu : Tipe I; ekstensor karpi radialis 
longus, Tipe II; ekstensor karpi radialis brevis tenno periosteal dengan 
prevalensi 80%, Tipe III; ekstensor karpi radialis brevis tendo muscular 
junction, dan Tipe IV; ekstensor karpi radialis brevis muscle belly. 

Tetapi yang paling banyak ditemukan adalah tennis elbow tipe II. Karena 
dilihat dari stuktur permukaan pada sendi radiohumeral yang tidak rata 
sehingga sangat memungkinkan terjadinya cidera, kesalahan melakukan 
gerakan seperti genggaman yang kurang baik. Selain itu juga terdapat daerah 
kritis dimana daerah tersebut merupakan daerah yang sangat sedikit dialiri 
pembuluh darah dimana sistem kapiler dari distal atau proksimal tidak sampai 
kedaerah tersebut, sehingga apabila terdapat injury pada bagian tersebut akan 
mengakibatkan sulitnya penyembuhan yang dikarenakan nutrisi yang 
dibutuhkan untuk perbaikan dibawa oleh darah sedangkan daerah tesebut 
sangat sedikit pembuluh darahnya yang berakibat penyembuhan pada daerah 
tersebut akan sangat sulit. Hal-hal tersebut yang menyebabkan tennis elbow 
tipe II ini lebih banyak terjadi dibanding tennis elbow tipe I, tipe III, dan tipe 
IV sehingga perlu penanganan yang lebih efisien dan efektif. 

Banyak modalitas yang dapat digunakan untuk penanganan pada tennis 
elbow. Salah satunya adalah dengan menggunakan  modalitas ultrasound dan 
disamping itu dengan manual terapi yaitu dengan teknis manipulasi transverse 
friction, Mill’s manipulasi, dan manual longitudinal muscle stretching. 
Ultrasound adalah suatu modalitas terapi yang menggunakan mekanisme 
getaran gelombang suara dengan frekuensi 0,7 MHZ dan 3 MHZ yang 
berpengaruh pada jaringan interface dengan kedalaman sampai 5 cm. 
Pengaruh fisika oleh stimulus mekanis, termis, dan piezoelektrik sehingga 
menimbulkan efek terapeutik seperti meningkatkan sirkulasi darah, relaksasi 
otot, mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan jaringan. 
  
Teknik manual terapi adalah suatu gerakan-gerakan tangan yang ahli 
dengan maksud untuk memperbaiki jaringan extensibilitas; meningkatkan 
jarak gerak sendi; menyebabkan terjadinya rileksasi, memajukan atau 
memanipulasi jaringan lunak (soft tissue) dan sendi-sendi, mengatur rasa sakit; 
dan mengurangi pembengkakan pada jaringan-jaringan lunak, peradangan atau 
restriction. Prosedur dan modalitas yang digunakan adalah transverse friction, 
Mill’s manipulasi, dan manual longitudinal muscle stretching 
Transverse friction adalah suatu teknik manipulasi yang bertujuan untuk 
memperbaiki sirkulasi darah, menurunkan rasa nyeri secara langsung, melepas 
perlengketan jaringan atau mencegah pembentukan jaringan abnormal pada 
jaringan lunak. Gerakan transverse friction adalah gerakan dalam, kecil dan 
mendasar. Terutama digunakan untuk pengaruh lokal jaringan otot dan 
perlekatan sekitar tendon dan otot. Biasanya dilakukan dengan gerakan 
berputar, tetapi pada otot dilakukan gerakan transverse atau melintang, 
menyilang pada serabut otot. Friction dilakukan  dengan memberi penekanan 
dengan permukaan ujung-ujung jari, ibu jari atau jari tengah dibantu  dengan 
jari telunjuk. Gerakan friction bervariasi menurut struktur yang diobati, tetapi 
pada otot yang gemuk atau tebal perlu tekanan agak dalam. Bila friction 
diberikan pada otot, posisikan dalam posisi rileks. 

Mill’s manipulasi adalah suatu tehnik manipulasi regangan pada tendo 
muskular ekstensor karpi radialis longus, ekstensor karpi radialis brevis dan 
sedikit pada ekstensor karpi ulnaris. Gerakan yang dilakukan adalah pronasi 
pergelangan tangan, fleksi dan ulna deviasi wrist, dan ekstensi siku dengan ini 
diperoleh penguluran jaringan secara maksimal. Dari teknik ini diperoleh 
 pengaruh secara aktif berupa penurunan spasme otot, peregangan pada otot 
dengan melepaskan perlengketan otot atau tendon.   
Manual longitudinal muscle stretching adalah manipulasi dengan ibu jari 
dengan mengulur kearah longitudinal ekstensor karpi radialis longus dan 
brevis. Manual longitudinal muscle stretching dilakukan secara pasif oleh 
fisioterapi pada siku pasien. Dengan ini diperoleh pengaruh secara pasif 
berupa penurunan spasme otot, peregangan pada otot dengan melepaskan 
perlengketan otot atau tendon. 


Nyeri pada tennis elbow timbul karena adanya injuri pada 
tenno periosteal yang menimbulkan inflamasi akibat trauma atau 
pekerjaan atau aktifitas atau kegiatan yang melibatkan tangan dan 
pergelangan tangan secara berlebihan. Umumnya pekerjaan atau 
olahraga yang terkait dengan sobekan yang mikroskopik dan 
makroskopik pada ekstensor karpi radialis brevis, pada umumnya 
disebabkan oleh pekerjaan yang cepat, kontraksi yang berlebihan 
dan berulang-ulang, dan aktivitas menggenggam dari pergelangan 
tangan. 

Untuk lebih mendalami atau mengetahui patologi dan 
penyebab terjadinya nyeri pada siku, maka perlu diperhatikan 
aspek-aspek pada struktur sendi siku yang mencakup anatomi 
terapan dan biomekanik. Hal ini sangat penting sehingga dalam 
pemberian tindakan baik itu dalam modalitas ultrasound maupun 
manipulasi dengan transverse friction, Mill’s manipulasi, manual 
longitudinal muscle stretching dapat memberikan hasil yang 
optimal. 

Tennis elbow dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 
1) Overuse 
Ini disebabkan karena adanya kontraksi otot yang berulang-
ulang dan berat pada otot-otot ekstensor karpi radialis. Contohnya 
pada ibu-ibu rumah tangga atau seseorang yang mencuci pakaian. 
Ini disebabkan karena gerakan ekstensi pergelangan tangan disertai 
pronasi lengan bawah yang berulang-ulang dan kuat pada waktu 
memeras pakaian. 
2) Trauma 
Disebabkan karena adanya kerja otot-otot ekstensor 
pergelangan tangan yang secara tiba-tiba dan kuat. Sebagai contoh 
pada pemain tenis. Kesalahan yang dilakukan yaitu melakukan 
back hand dengan siku menekuk. Dengan posisi lengan demikian, 
 otot-otot ekstensor tangan dan pergelangan tangan harus 
berkontraksi diluar kemampuannya untuk melakukan back hand 
yang berhasil. Akibatnya timbul nyeri setelah melakukan back 
hand yang salah. Selain itu hal yang dapat menimbulkan trauma 
adalah lemahnya otot-otot pergelangan tangan dan grip atau 
pegangan raket yang terlalu besar sehingga menyebabkan 
pegangan menjadi labil. 
3) Faktor Usia 
Pada faktor penuaan, terjadi proses degenerasi. Pada proses ini, 
jumlah elastin menurun, kolagen menurun, kelenturan menurun, 
jumlah matriks jaringan ikat menurun dan menjadi rapuh, sehingga 
mudah menjadi micro rupture. Akibat jumlah kapiler menurun 
pada usia lanjut, maka proses penyembuhan menjadi lama dan bila 
terjadi degenerasi pada tendon dan adanya pembebanan yang 
berlebihan akan terjadi ruptur. 

Gejala-gejala yang timbul 
1) Semua kegiatan yang melibatkan tangan dan pergelangan tangan 
seperti mengangkat beban, mencuci, memeras, mengepalkan 
tangan akan terasa nyeri 
2) Terdapat nyeri tekan pada epikondilus lateral humeri 
3) Pada waktu otot-otot ekstensor pergelangan tangan tidak sedang 
aktif,    akan mengalami paraestesia.  

Tipe Tennis elbow 
Tennis Elbow dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu : 
1) Tipe I 
Tempat cedera terletak pada origo ekstensor karpi radialis 
longus dengan jumlah temuan hanya 10 %. 
2) Tipe II 
Merupakan tipe yang paling umum, dimana cedera terjadi 
pada tempat perlekatan tendon otot ekstensor karpi radialis brevis 
pada epikondilus lateralis humeri, dengan jumlah temuan 80%. 
Pada stadium awal biasanya daerah cedera dapat segera menjadi 
baik, tetapi bila penderita sering melakukan aktifitas yang 
menyebabkan tertariknya tendon ekstensor pergelangan tangan, 
maka cedera akan terulang kembali dan bahkan lebih berat dari 
kondisi semula sehingga pada daerah tersebut timbul peradangan 
yang disertai adanya rasa nyeri. 
Tipe II ini merupakan daerah kritis dimana sirkulasi darah 
rendah, proses penyembuhan lambat dan dapat terjadi reinjuri. 
Disamping itu terdapat perlekatan kolagen yang acak, sehingga 
menimbulkan nyeri regang. 
3) Tipe III 
Pada tipe ini, yang mengalami cidera adalah tendon muscle 
junction otot-otot ekstensor karpi radialis brevis. Akibat terjadi 
kerusakan pada perbatasan jaringan otot dengan tendon, maka akan   
terjadi proses inflamasi yang disusul dengan proses penyembuhan 
jaringan. Pada tipe III ini temuan kasus sebanyak 2 %. 
4) Tipe IV 
Pada tipe ini, yang mengalami cedera adalah perut otot dari 
otot-otot ekstensor karpi radialis brevis. Karena sirkulasi darah 
yang baik pada lokasi ini, maka penyembuhan dapat berlangsung 
lebih cepat. Pada tipe IV ini temuan kasus sebanyak 8 %. 
      
5. Proses Penyembuhan Luka 
Pada saat tubuh mengalami kerusakan jaringan atau luka, maka 
akan terjadi peradangan yang ditandai dengan adanya nyeri, bengkak, 
panas, kemerahan, dan gangguan fungsi. Hal ini perlu diuraikan 
sehubungan dengan patofisiologi tennis elbow dengan penggunaan 
ultrasound, transverse friction, Mill’s manipulasi dan manual longitudinal 
muscle stretching. 
Adapun fase-fase penyembuhan luka secara fisiologi adalah 
sebagai berikut: 
a. Fase perdarahan 
Fase perdarahan adalah fase yang terjadi antara 20-30 menit setelah 
terjadi trauma. Pada tahap ini perdarahan berhenti setelah 
dikeluarkannya fibrin untuk menutupi luka. Pada fase ini ditandai 
dengan keluarnya hematoma dan keluarnya zat-zat iritan.   
b. Fase peradangan 
Fase peradangan adalah fase yang terjadi hingga 24-36 jam setelah 
trauma. Fase peradangan aktif ditandai oleh radang tinggi dengan 
gejala-gejala nyeri, panas, merah, bengkak dan gangguan fungsi pada 
daerah trauma. Pada fase ini terjadi aktualitas nyeri yang tinggi dimana 
fase ini sebagai awal dari proses penyembuhan luka.  
c. Fase regenerasi 
Pada fase ini terdiri atas 3 fase : 
1) Fase proliferasi (2-4 hari) 
Pada fase ini ditandai dengan menurunnya rasa nyeri, 
jumlah protein pertahanan tubuh banyak dan jumlah fibroblast 
meningkat. Pada fase ini juga terjadi rekonstruksi jaringan, 
pembentukan jaringan permukaan dan memberikan kekuatan pada 
daerah trauma. Selain peningkatan jumlah fibroblast, juga terjadi 
peningkatan sel-sel macrophage dan sel-sel endhothelial untuk 
membentuk pembuluh-pembuluh darah baru yang dikenal dengan 
proses angiogenesis. 
2) Fase produksi (4 hari-3 minggu) 
Pada proses ini ditandai dengan penurunan proses 
pertahanan tubuh, diikuti peningkatan jumlah fibroblast yang 
tinggi, telah terjadi perlekatan kolagen dan jaringan granulasi baru 
serta peningkatan oksigenisasi pada daerah cedera. Serabut-serabut 
kolagen tersusun dan mulai terjadi cross link serta myofibroblast 
mulai aktif, sehingga dijumpai pengerutan luka dan ikatan cross 
links-nya masih lemah sehingga mudah putus. Setelah tiga minggu 
kekuatan cross link-nya mulai kuat dan kemampuan terhadap 
regangan meningkat. Beberapa fibroblast yang terbentuk menjadi 
myofibroblast akan memberikan efek wound contraction. 
3) Fase remodeling (3 minggu-3 bulan) 
Fase ini merupakan fase pembentukan jaringan yang 
normal. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous dan kekurangan 
vaskuler untuk membentuk jaringan fibrous yang rapat seperti 
scarr tissue. Selama 3 minggu kekuatan pada daerah yang cedera 
sekitar 15%. Proses ini berlanjut sampai 3 bulan sampai terjadi 
pembentukan jaringan yang baru. Jumlah pembuluh darah 
berkurang untuk mempertahankan keaslian bentuk jaringan. Arteri, 
vena, dan limpa berkembang kembali dan terjadi regenerasi pada 
saraf yang kecil.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar